Kamis, 25 November 2010

SS IV M5 2010

Oktober - Desember 2010

Pelajaran 5

Diterjemahkan Oleh : Joice dan Fritz Manurung

 

:: Abigail: Bukan Korban Lingkungan ::

 

“Hikmat tinggal di dalam hati orang yang berpengertian, tetapi tidak dikenal di dalam
hati orang bebal” (Amsal 14:33)
 

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

         

Sabbath

23 Oktober

1 Samuel 25:3

Pendahuluan

Abigail

 

Semampu apakah anda mengatasi keadaan-keadaan yang sulit: teman kerja yang menjengkelkan, pasangan yang keras kepala, kehilangan pekerjaan atau tempat tinggal, atau bahkan kehilangan seseorang yang kita kasihi?  Semuanya begitu mudah untuk diceritakan kepada orang lain tentang apa yang anda pikirkan – atau untuk tidak meneruskan pernikahan anda.  Bahkan mungkin akan begitu mudah untuk menyerah akan Allah manakala segala sesuatu tidak berjalan dengan baik.  Terkadang kita mendapati diri kita berada dalam keadaan-keadaan yang sulit dimana kita tidak memiliki kendali atasnya, atau tidak dapat meminta untuk menjadi bagian dari situasi tersebut.  Kita berdoa dan berharap bahwa segala sesuatu akan menjadi lebih baik.  Tetapi sepertinya Allah tidak mendengar kita.  Kadang-kadang Ia sedang mempersiapkan kita untuk suatu hal, dan tergantung bagaimana kita mengatasi keadaan tersebut, Dia dapat menggunakan kita untuk menyelesaikan perkara-perkara yang besar.

 

Allah tahu isi hati kita, dan Ia selalu mendengar tangisan kita

 

Sepertinya Abigail yang tidak memiliki hak untuk memilih suaminya sendiri.  Dan malangnya, ia adalah seorang yang “ kasar dan jahat” (I Samuel 25:3), dan barangkali memperlakukannya dengan tidak baik.  Namun di tengah-tengah pergumulan yang ia tidak mengerti, ia menunjukkan sikap sabar.  Ia melakukan apa yang harus ia lakukan untuk bertahan hidup – bahkan sampai kepada tahap untuk menyelamatkan suami dan seluruh isi rumahnya dari serangan Daud dan tentaranya dengan menyerahkan dirinya sendiri di garis depan.  Ia memohon agar kesalahan-kesalahan Nabal ditimpakan kepadanya.

Seberapa sering kita menanggung dosa-dosa orang lain?  Ia bisa saja membiarkan Nabal menuai akibat-akibat dari segala tindakannya, dan memohon saja kepada Daud untuk  mengampuni dirinya dan seisi rumahnya.  Namun sebaliknya yang ia lakukan adalah sesuatu yang lebih terhormat.  Dan Daud memberkatinya karena hal itu.  Ia tidak hanya menyelamatkan hidupnya,  hidup Nabal dan hidup isi rumah Nabal tetapi berpaling kepada Allah untuk berperkara dengan suaminya yang jahat.

“‘Hak-Kulah dendam dan pembalasan, pada waktu kaki mereka goyang, sebab hari bencana bagi mereka telah dekat, akan segera datang apa yang telah disediakan bagi mereka’ ” (Ulangan 32:35, NKJV)

Marilah kita belajar dari cerita Abigail.  Pertama, Allah tahu isi hati kita, dan Ia selalu mendengar tangisan kita.  Ia tahu apa yang kita rasakan di hati kita yang paling dalam.  Kedua, Ia membiarkan kita untuk melalui ujian agar kehendak Tuhan jadi dalam kehidupan kita, atau kehidupan orang lain, dan Ia senantiasa bekerja demi kebaikan bagi mereka yang mengasihiNya.  Ketiga, ketika orang-orang melakukan hal-hal yang jahat terhadap engkau, teruslah untuk berbuat baik, bersikap baik, dan berdiam dirilah dan biarkan Tuhan yang bertindak terhadap mereka.  Allah adalah adil.  Ia mungkin tidak mengatasi satu keadaan sesuai dengan apa yang kita inginkan atau harapkan tetapi Ia akan mengatasi keadaan tersebut.  Dan yang lebih penting lagi, Ia akan berperkara dengan orang lain dengan cara sebagaimana Allah berperkara dengannya.  Ia sedang berusaha untuk menyelamatkan setiap orang di antara kita.

 

Larie S. Gray, Silver Spring, Maryland, U.S.A.


Minggu

24 Oktober

Logos

Hikmat atau Kebodohan

I Samuel 25;

Yesaya 28:23; 53:12;

Daniel 9:15–19; Matius

15:10; Roma 8:34

 

Berbeda seperti Malam dan Siang Hari (I Samuel 25)

Tokoh minggu ini adalah Abigail.  Cerita mengenai dirinya terdapat di dalam I Samuel 25.  Saat membaca cerita ini, kita akan menemukan suatu hal yang sangat bertolak belakang antara Abigail dan Nabal.  Dia adalah seorang wanita yang “penuh hikmat,” namun Nabal adalah seorang yang “kasar dan melakukan apa yang jahat” (ayat 3, NKJV).  Pada kenyataannya, kita diceritakan bahwa namanya berarti “bodoh” atau “kebodohan.”  Marilah kita telaah perbedaan – perbedaan di antara dua individu berikut:

 

1.         Nabal senang mengeluarkan kata-kata kasar, dan ia seringkali mengatakan hal-hal yang tidak benar.  Abigail berhati-hati dalam berbicara – mengeluarkan kata-kata yang penuh hikmat.

Yesus berkata dalam Matius 15:11, “ ‘Bukan yang masuk ke mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan’ ” (NRSV).  Dan Amsal 23:7 berkata bahwa “seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri, demikianlah ia” (NKJV).  Itu dikarenakan apa yang ada di hati cepat atau lambat akan terpancar dalam kata-kata atau perbuatan.  Kebodohan hati Nabal terlihat baik dari perkataan dan perbuatannya.  Di samping itu, Abigail memiliki hati yang “berhikmat.”  Ia adalah orang yang dihormati, penuh kasih, dan penuh rasa terima kasih; dan ia diberkati oleh karena perkataan dan perbuatan.

 

Penyembahannya kepada Allah yang memampukannya untuk mengikuti tuntunan Roh Kudus

 

2.         Nabal menolak permohonan Daud yang meminta pertolongannya.  Ini adalah suatu keputusan yang semberono dan bodoh.  Abigail, di lain pihak, bersikap bijaksana dengan sesegera mungkin menghadap Daud dan memohon pengampunannya, membawakannya segala hal yang dibutuhkan Daud dan pasukannya.

Ketidakhati-hatian Nabal membawa hidup banyak orang dalam bahaya.  Seringkali, keputusan-keputusan yang kita ambil membawa akibat bagi banyak orang, bahkan apabila hal tersebut bukanlah maksud kita agar hal tersebut terjadi.  Pilihan Abigail menuntunnya untuk melakukan campur tangan demi kepentingan orang lain.  Ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri melainkan kepentingan orang lain yang tidak pantas untuk dihukum.  Dalam Daniel 9:15-19, Daniel berdoa bagi bangsanya, yang telah berada dalam pembuangan di Babilonia selama bertahun-tahun.  Ia berdoa agar murka Allah berlalu dari mereka dan agar pada akhirnya mereka dilepaskan dan dibebaskan untuk kembali ke tanah airnya.  Yakobus 5:16 berkata bahwa “doa orang benar sangat besar kuasanya” (NRSV).  Doa syafaat adalah salah satu cara di mana kita dapat turut campur demi kepentingan seseorang; dan mungkin doa-doa kita akan menuntun mereka kepada keselamatan.

3.         Nabal memiliki hati yang mementingkan diri sendiri dan tidak tahu berterima kasih.  Abigail memiliki hati yang murah hati dan bersyukur.  “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yng memberi dengan sukacita” (II Korintus 9:7, NRSV).

4.         Nabal tidak memiliki rasa hormat terhadap Daud – yang merupakan pilihan Allah untuk menjadi penguasa Israel.  Ia begitu sombong dan kebodohannya menuntun dirinya kepada kematian.  Abigail mengetahui bahwa Daud adalah hamba Allah, yang telah dipilih Allah untuk menjadi penguasa Israel berikutnya.  Dia segera diselamatkan dari penderitaan-penderitaannya, dan menjadi ratu dari Raja Daud.  Baca Matius 23:12 dan Yehezkiel 21:26.

 

Hikmat Versus Kebodohan (I Samuel 25:3; Mazmur 110:10; Pengkhotbah 7:25)

Marilah kita perhatikan lebih dalam tentang arti kata hikmat dan bodoh (atau kebodohan) sebagaimana kata-kata tersebut berhubungan dengan cerita kita.  Persamaan dari kata-kata bodoh atau kebodohan adalah ketidakbijaksaan dan ketololan.  Sebagaimana yang telah kita pelajari sebelumnya, nama Nabal berarti bodoh.  Itu juga berarti fasik.  Perkataan dan tingkah lakunya yang bodoh merupakan bukti kefasikannya.  Baca I Samuel 25:3.  

Salomo mencoba untuk mengerti mengapa orang-orang melakukan apa yang mereka lakukan.  Ia menulis, “Aku tunjukkan perhatianku /untuk memahami, menyelidiki, dan mencari hikmat dan kesimpulan, serta /untuk mengetahui kefasikan itu kebodohan dan kebebalan itu kegilaan” (Pengkhotbah 7:25, NKJV).  Ia menyadari bahwa mereka yang betul-betul bijaksana adalah mereka yang takut dan menurut kepada Allah.  Baca Amsal 9:10.  Nabal adalah seorang yang bebal, seorang yang bodoh, karena ia tidak takut akan Allah.

Abigail disebut “wanita yang bijak” (I Samuel 25:3, NKJV).  Kata bijaksana dalam konteks cerita ini diambil dari bahasa Ibrani sekel yang berarti: “pandai,” “hati-hati,” “berpengetahuan,” “berpengertian,” “berhikmat,” “bijak.”  Abigail bijaksana karena ia takut akan Tuhan dan memahami kuasaNya.  Ia tahu bahwa Dia satu hari nanti akan meninggikan Daud dan memberikan hukuman kepada semua musuhnya.  Penyembahannya kepada Allah yang memampukannya untuk mengikuti tuntunan Roh Kudus dan pergi menemui Daud. Baca I Samuel 25:32.  Apabila kita sebagai orang Kristen hendak mengambil pilihan – pilihan yang bijaksana – pilihan untuk melakukan yang benar, untuk melakukan yang baik, dan untuk mengikuti Firman Tuhan – selanjutnya kita pun harus mengikuti teladan Abigail dan takut akan Allah.  Karena “takut akan Tuhan merupakan permulaan hikmat” (Mazmur 110:10, NKJV).

 

REAKSI

1.         Pikirkan beberapa pilihan yang telah anda buat?  Bagaimana pilihan-pilihan tersebut telah membantu atau mencelakakan orang lain?

2.         Pilihan apa yang menyebabkan semua pilihan-pilihan lain yang kita ambil?  Ulangan 30:19; Yosua 25:15.

3.         Bagaimana Matius 7:24-27 dan 19:16-22 membantu anda untuk mengerti pentingnya mengambil keputusan-keputusan yang benar?

 

Tresa Beard, Silver Spring, Maryland, U.S.A.

 


Senin

25 Oktober

Kesaksian

Seorang Wanita Pendamai

I Samuel 25:23–31

 

“ ‘Semua orang berada dalam keadaan duka, dan setiap orang berada dalam keadaan berkekurangan, dan setiap orang merasa tidak puas,’ itu yang dilaporkan kepada Daud, ‘dan ia menjadi kapten atas mereka: dan bersama-sama dengan dia ada sekitar empat ratus orang.”  Di sini Daud memiliki kerajaan kecilnya sendiri, dan di dalamnya berlaku peraturan dan disiplin.  Namun demikian dalam pengasingannya di atas gunung, ia tetap tidak merasa aman, karena secara terus-menerus ia mendapatkan bukti bahwa sang raja tidak menghapuskan niat untuk membunuhnya.”1

 

“Abigail …memberikan kepada Allah pujian dan penyembahan.”

 

 “Dengan pasukannya yang juga turut melarikan diri, ia memperoleh sebuah persiapan untuk melibatkan diri dalam pekerjaan dimana Saul, karena keinginannya untuk membunuh dan  hatinya yang buta, tidak dapat mengerjakan seluruh pekerjaannya.”2 

 “Daud dan pasukannya menjadi benteng perlindungan bagi gembala-gembala dan kawanan ternak Nabal; dan sekarang orang kaya ini diminta untuk menyediakan sesuatu dari kelimpahan karena kebebasan yang dia terima demi kepentingan mereka yang telah melakukan pekerjaan yang begitu berharga baginya.  Daud dan pasukannya bisa saja menyelamatkan diri mereka sendiri dengan tidak memperdulikan ternak dan para gembala, tetapi mereka tidak melakukan itu.  Mereka bertindak jujur.  Namun, kebaikan mereka hilang oleh karena Nabal.  Jawaban yang ia berikan kepada Daud menunjukkan tabiatnya: ‘Siapakah Daud? dan siapakah putera Isai?  Akan ada begitu banyak hamba saat ini yang melepaskan diri dari tuannya.  Masakan aku mengambil rotiku, air minumku dan hewan bantaian yang kubantai bagi orang-orang pengguntingku untuk memberikannya kepada orang-orang yang aku tidak tahu dari mana mereka datang?’  

 “Tanpa bermaksud memegahkan diri atau sombong, tetapi penuh dengan kebijaksanaan dan kasih kepada Allah, Abigail menunjukkan kekuatan atas pengabdiannya terhadap rumah tangganya; dan ia menyatakan secara jelas kepada Daud bahwa tindakan yang tidak berkenan yang dilakukan oleh suaminya adalah tidak yang tidak bijaksana tanpa berpikir dahulu sebagai suatu penghinaan pribadi terhadap diri Daud, melainkan hanya sekedar luapan alamiah dari perasaan tidak bahagia dan memetingkan diri sendiri . . .

 “Abigail tidak memuji dirinya sendiri atas tindakannya mengubah Daud dari melakukan hal yang terburu-buru, melainkan memberikan kepada Allah pujian dan penyembahan.  Kemudian ia menawarkan perbekalannya yang melimpah sebagai persembahan damai bagi pengikut Daud.”3

 

REAKSI

Apa yang diajarkan cerita Abigail dan Nabal tentang peranan diplomasi dalam kehidupan seorang Kristen?  Bagaimana seseorang dapat meminta satu roh yang jujur, diplomasi yang penuh belas kasihan.

____________                       

1. Patriarchs and Prophets, hal. 658.

2. Ibid.

3. Ibid., hal. 666.

 

Ann Stewart, Silver Spring, Maryland, U.S.A.

Selasa

26 Oktober

Bukti

Daud dan Abigail: Latar Belakang Sejarah

I Samuel; II Samuel

 

“Menyusul penolakan Saul, Samuel dipanggil untuk memilih dan melatih seseorang menurut kehendak Allah (I Samuel 13:14), seseorang yang tidak akan menempatkan dirinya di atas hukum Allah melainkan yang akan mematuhi Allah. Pengajaran yang Daud dapatkan, seperti halnya Kristus, terus dilakukan meski ada kecemburuan dan kebencian.  Walaupun terkadang Daud jatuh dalam pelanggaran hukum Allah yang ia junjung tinggi dan yakini, ia selalu merendahkan hatinya bahwa hukum itulah yang tertinggi.”1

 

Manakala Samuel wafat, Daud “berduka sama dalam dan kasihnya seperti seorang anak yang setia kepada bapa yang ia hormati . . .pada saat perhatian Saul terpusat pada duka atas kematian Samuel, Daud mengambil kesempatan ini untuk mencari satu tempat yang jauh lebih aman; sehingga ia pergi ke padang gurun di Paran.”2

Nabal tinggal di Maon dengan isterinya Abigail.  Domba-dombanya terletak di Karmel.  “Selama mereka tinggal di padang belantara Ziph dan Maon, sebelum pindah ke En-gedi, Daud dan pasukannya selanjutnya menjadi lebih dekat dengan gembala-gembala Nabal, dan telah meninggalkan kesan yang sangat mendalam dan baik.  Tinggal dekat dengan padang gurun, Nabal secara terus-menerus berhadapan dengan kawanan perampok.”3

Daud mengutus hamba-hambanya untuk meminta makanan dari hamba-hamba Nabal.  “Ia telah menjaga ternak-ternak Nabal tanpa meminta bayaran kepada si empunya ternak.   Pemilik domba biasanya akan dengan senang hati membalas jasa mereka yang telah menolong mereka dari kehilangan domba-dombanya.  Permintaan Daud untuk meminta makanan adalah permintaan yang pantas dan sesuai dengan kebiasaan yang timbul pada waktu itu.”4

Daud tidak pernah mengharapkan balasan seperti yang para hambanya terima.  Bermaksud untuk balas dendam, Daud mempersenjatai para hambanya dan bergerak menuju rumah Nabal dengan maksud memusnahkan dia dan seluruh isi rumahnya!  Ketika Abigail mendengar apa yang telah terjadi, ia menyiapkan makanan bagi Daud dan seluruh hambanya, dan segera menemuinya.  Ia sesegera mungkin dan dengan cara diplomatis memohon pengampunan atas hidup suaminya yang bodoh dan seisi rumah mereka.

Daud menyambut nasihat Abigail yang menghentikannya untuk menumpahkan darah orang-orang yang tidak bersalah (I Samuel 25:32,33)

____________

1. The SDA Bible Commentary, vol. 2, hal. 449.

2. Patriarchs and Prophets, hal. 664.

3. Ibid., hal. 573, 574.

4. Ibid., hal. 574.

 

Patience Barnes, Mt. Pleasant, Pennsylvania, U.S.A.


Rabu

27 Oktober

 

Maz. 52:8;

Yer. 7:23;

Matt. 16:24–26;

1 Tess. 5:17, 18

Bagaimana

Menghadapi Kesulitan

 

Keadaan-keadaan yang sulit dapat menjadi sesuatu yang melemahkan dan menekan, bahkan bagi seorang Kristen yang teguh sekalipun.  Hal-hal tersebut dapat menyebabkan anda melakukan salah satu dari dua hal berikut: (1) berpegang pada Allah sementara anda menderita dan berdoa meminta jalan keluar bagi permasalahan anda, atau (2) tenggelam semakin dalam dan semakin dalam di dalam keputusasaan.

Keadaan yang dialami Yusuf kelihatan tidak memiliki pengharapan.  Kita hanya bisa membayangkan bagaimana perasaannya setelah saudara-saudaranya menjual dia dalam perbudakan.  Tentunya ia merasa sedih dan mungkin sakit hati, tidak tahu apa yang ada di hadapannya atau apakah ia akan memiliki kesempatan bertemu kembali dengan ayahnya.  Namun ia bertekad bahwa ia akan percaya kepada Allah, dan patuh kepada semua yang ayahnya pernah ajarkan.

 

Ia adalah seorang wanita yang dapat digunakan Allah

 

Selanjutnya ada Esther, Daniel dan ketiga sahabatnya, dan Daniel di goa singa.  Setiap orang bertekad untuk patuh kepada Allahnya, bahkan ketika harus menghadapi kematian.  Iman mereka telah menolong mereka untuk bangkit di atas keadaaan-keadaan mereka yang menyedihkan; dan Allah menghargai iman seperti itu.

Abigail pun adalah seorang wanita beriman.  Ia tidak takut untuk bertindak untuk menyelamatkan hidup orang-orang yang tidak berdosa, walaupun ia nantinya mungkin harus menghadapi murka suaminya.  Sebagai akibat dari tindakannya yang berani dan cepat itu, ia mampu menahan Daud untuk melakukan sesuatu yang nantinya akan dia sesali.  Ia tidak membiarkan kondisinya mempengaruhi imannya atau mengubah siapa dirinya.  Ia adalah seorang wanita yang dapat digunakan Allah; dan ia dipimpin oleh Roh Allah untuk berbicara kepada Daud.

Yesus adalah teladan kita yang sempurna. Dia datang ke bumi untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita.  Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan bagi pelanggaran-pelanggaran kita (Yesaya 53).  Namun demikian, ia bangkit atas segala keadaannya untuk menyelesaikan apa yang menjadi tujuannya datang ke dunia ini.  Apa pun keadaan anda, ingatlah Yesus dan laki-laki dan perempuan beriman lainnya dalam Alkitab.  Di sini ada beberapa hal yang akan membantu anda bangkit atas segala keadaan anda:

Percayalah kepada Allah (Mazmur 52:8).  Ia tahu situasi anda; Ia memiliki jalan keluar.

Berdoalah sebagaimana yang Yakub lakukan (I Tesalonika 5:17,18).  Jangalan lepaskan sampai Allah memberkati anda dan menunjukkan kepada anda jalan yang harus anda ambil.

Menurut (Yeremia 7:23).  Bertekad apa pun yang terjadi, anda akan menurut kepadaNya dan firmanNya.

Pergilah ke manapun Ia memimpin (Matius 16:24-26).  Ia tidak akan pernah meninggalkanmu atau menolakmu.

 

REAKSI

Temukanlah ayat-ayat lain yang berhubungan dengan setiap butir di atas.  Hafalkan satu yang paling mengena bagi anda.

 

Sarah Stewart, Silver Spring, Maryland, U.S.A.


Kamis

28 Oktober

1 Samuel 25;

Mazmur. 107:19

Pendapat

Wanita Penuh Hikmat

 

Abigail mewakili semua orang yang tidak membiarkan apa yang terjadi pada mereka membawa mereka lebih menderita.  Ia tahu bahwa kebebalan suaminya dapat menyebabkan tidak hanya kematiannya, tetapi juga kematian dari orang-orang yang tidak berdosa.  Banyak orang yang membiarkan kebodohan orang lain mempengaruhi mereka dan mereka berbalik mengambil pilihan-pilihan yang salah.  Akan tetapi, dalam menanggapi tindakan Nabal yang bodoh, Abigail mengambil keputusan yang bijaksana untuk pergi menghadap Daud dan meminta pengampunan.

Abigail adalah seorang yang berhikmat.  Kita dapat melihat kebijaksanaannya. Kita dapat melihat kebijaksanaanya di sepanjang I Samuel 25.  Pertama, ia mendengar apa yang harus diceritakan hambanya kepadanya mengenai Nabal dan hamba-hamba Daud.  Ia menanggapi dengan bertindak sesegera mungkin.  Ia tahu bahwa ia tidak boleh menyia-nyiakan waktu.  Harus ada sesuatu yang dilakukan atau orang-orang yang tidak berdosa akan mati.

 

Ia tahu bahwa ia tidak boleh menyia-nyiakan waktu

 

Dalam melakukan pemilihan makanan yang akan diberikan kepada Daud, ia melakukannya dengan terorganisir dan hati-hati.  Dalam ia melakukan semua dengan memperhitungkan waktunya.  Ia memberikan perintah kepada hamba-hambanya mengenai apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya.  Dan mereka mengikuti perintahnya dengan hati-hati.  Sebagai akibatnya, ia dapat menemui Daud sebelum ia mendapati Nabal.  Daud dapat melihat betapa pintar dan bijaksananya wanita ini.  Ia mendengarkannya dan menyesali tindakannya.

Ketika Abigail kembali ke rumah setelah bertemu Daud, ia memutuskan untuk menunggu memberitahukan apa yang telah terjadi kepada Nabal sampai besok pagi.  Hal itu adalah satu tindakan yang cerdik.  Nabal telah melakukan pesta pora dan mabuk-mabukan, dan ia tahu suaminya sedang dalam keadaan tidak sadar.  Ia mungkin tidak menyadari betapa serius tindakannya itu jika ia memberitahukan apa yang telah ia lakukan padanya pada malam itu.  Ia mungkin saja menertawakannya karena dalam keadaan mabuk atau menanggapinya dengan kemarahan.  Lantas ia menunggu sampai besok pagi, ketika ia sedang dalam keadaan sadar.  Ia ingin memastikan bahwa Nabal sepenuhnya sadar akan akibar dari kebodohannya – ia dapat saja kehilangan segalanya termasuk nyawanya.

Abigail juga memahami bahwa Allah akan memberi balasan kepada semua musuh Daud, termasuk Nabal, dan ia begitu bijaksana untuk meminta Daud agar mengingatnya (I Samuel 25:31).  Setelah kematian Nabal, Daud benar-benar mengingat Abigail, dan mengambilnya sebagai isterinya.

Kita dapat melihat dalam cerita Abigail bagaiman Allah memperhatikan umat-umatnya.  Pada akhirnya Allah melakukan pembalasan untuk Daud atas tingkah laku dan tindakan Nabal yang tidak tahu berterima kasih.  Ia juga membebaskan Abigail dari ikatan seorang suami yang memiliki roh kekejaman dan kebodohan.

 

Kayla D. Beard, Silver Spring, Maryland, U.S.A.


Jum’at

29 Oktober

Eksplorasi

Menjadi Seorang Kristen yang menjadi Pengantara

1 Samuel 25

 

SIMPULKAN

Abigail menghadapi satu keadaan yang hampir saja mustahil.  Bagaimana mungkin ia dapat begitu tenang menghadapi kemarahan dua orang (Daud dan Nabal) yang nasib dirinya berada dalam genggaman mereka?  Daripada menangis dan mengasihani dirinya sendiri, ia memilih untuk menggunakan hikmat untuk mencegah menyebarnya perseteruan yang fatal. Kepeduliannya bagi mereka yang hidup disekelilingnya dan rasa hormat kepada “yang diurapi Allah” menuntun dirinya untuk ikut campur dan menempatkan dirinya di antara Nabal, yang membuat satu keputusan yang bodoh, Daud, yang bereaksi sebelum memikirkan akibat-akibat yang mungkin timbul dari tindakannya.

 

PERTIMBANGKAN

 

●  Hafalkanlah lagu, “Father, Lead Me Day By Day,” (no. 482 in the Seventh-day Adventist Hymnal).  Kapan pun anda merasa putus asa sepanjang minggu yang akan datang, ingatlah bagaimana kata-kata dalam lagu tersebut mempengaruhi anda.

●  Buatlah drama tentang cerita Abigail, Daud dan Nabal dengan menggunakan setting keadaan saat ini.

●   Mulailah membuat suatu catatan tentang doa syafaat.  Catatlah orang-orang yang anda doakan dan jawaban doanya.  Bagaimana mendoakan orang lain menolong anda secara spiritual?  Mengapa kita perlu menjadi pengantara bagi orang lain manakala mereka memiliki kebebasan untuk mengambil keputusannya sendiri?

●    Jadilah pengantara antara dua orang teman yang sedang kesal satu sama lain.  Dapatkah anda mengidentifikasi masalah utamanya?  Bagaimana mereka dapat mencapai kesepakatan?  Mengapa penting untuk tidak berpihak?

●    Buatlah sebuah poster dengan nama Abigail sebagai fokusnya.  Hiasilah itu dengan ornamen yang mewakili karakter Abigail sebagaimana yang ditunjukkan dalam kehidupannya.  Buatlah poster kedua yang mengambarkan nama anda dan karakter yang anda tunjukkan selama ini.

●   Pikirkan reaksi Daud, Abigail, dan Nabal.  Lakukan reaksi ini kepada situasi dalam kehidupan anda.  Betapa mudahnya orang dapat menjadi salam paham?  Mengapa kita bereaksi begitu cepat dan negative manakala kita merasa orang sedang memperlakukan kita dengan tidak adil?  Sebagai orang Kristen, respon apa yang seharusnya kita tunjukkan kepada mereka yang menzalimi kita?

 

HUBUNGKAN

Patriarchs and Prophets, hal. 664–668; The SDA Bible Commentary, vol. 2, hal. 1022; Joyce Landorf, He Began With Eve, “Abigail” (Word, 1983).

 

Deena Bartel-Wagner, Spencerport, New York, U.S.A.

 


Renungan :

 

MASA PENANTIAN

 

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Matius 7:7

 

Adakah doa-doa yang Anda ingin agar Allah jawab? Mungkin kerinduan Anda agar doa yang satu ini dijawab telah berlangsung selama berbulan-bulan atau mungkin bertahun-tahun. Godaan datang dan Anda merasa ingin menyerah saja. Anda berpikir, Dimanakah Engkau, Tuhan? Dan bagaimana aku dapat mengatasi kebutuhan ini?

 

Allah bekerja pada satu garis waktu yang dirancang dengan sempurna. Ia tahu apa yang Anda butuhkan dan kapan harus memenuhinya. Tetapi Ia ingin Anda belajar mempercayai-Nya untuk berkat-berkat yang telah Ia rencanakan. "Bergembiralah karena Tuhan, maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diingikan hatimu," kata pemazmur, "Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak" (Mazmur 37:4-5). Mencari Allah berarti berbembira di dalam kesetiaan-Nya, memuji-Nya atas kebaikan-Nya, dan mengasihi-Nya karena Ia peduli pada Anda.

 

Sesekali, Allah menuntut masa penantian sebelum Ia memberikan berkat-Nya. Maka keyakinan pun menjadi aset Anda yang utama jika Anda tidak mempercayai Allah untuk kebutuhan Anda, Anda akan menjerit-jerit karena takut dan panik. Ketika terjadi badai di Laut Galilea, murid-murid mengira mereka akan mati. Tetapi Yesus memerintahkan angin dan ombak untuk tenang. ia mengajar orang-orang itu untuk mempercayai Dia dalam situasi yang paling buruk sekalipun, dan Ia sedang mengajar Anda untuk mengawasi dan menunggu pertolongan-Nya. Saat Anda menanti di dalam hadirat-Nya hari ini, terimalah damai sejahtera karena Ia beserta Anda.  

 

  

-------oo000O000oo-------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar