Kamis, 25 November 2010

SS III M5 2010

Pelajaran 5

Diterjemahkan Oleh:   Daniel Saputra
Editor: Lisarini

 

 

:: Pembenaran dan Hukum ::

 

Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya (Roma 3:31)

 

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

 

           

Sabbath

24 Juli

Kejn. 15:6;

2 Samuel 11; 12; Rom. 3:20–23, 31; 4:1–17; Gal. 3:19; 1 Yohn 3:4

 

Pendahuluan

Putusan Hakim: Hukuman Seumur Hidup

 

Tidak seperti ruang sidang yang sebenarnya.  Tidak ada jaksa yang menyiapkan tuntutan akhir atau  pembela yang menyiapkan permohonan terakhir kepada juri.  Hanya ada dua pria—Daud dan Natan:  yang satunya raja yang berkuasa, yang satu lagi seorang nabi sedehana dengan putusan dari Allah.  Daud mendengarkan semua bukti-bukti kejahatan dalam cerita sang nabi.  Kesimpulan Daud amat kejam dan kasar:  pelanggaran serius ini layak mendapatkan hukuman mati.   Alangkah terkejutnya dia kemudian, mengetahui bahwa orang yang bersalah itu adalah dirinya sendiri.

 

Ini adalah janji dari Allah dengan jaminan seumur hidup dan tanpa syarat

 

Rahasia terburuk Yerusalem terbongkar!  Usaha licik Daud untuk menyembunyikan perzinahannya dengan istri Uriah telah membuatnya menjadi pembunuh, dengan membuat Uriah mati di medan peperangan.  Apa yang dapat dikatakannya sebagai pembelaan?  Tertangkap basah, dia bahkan tidak dapat memikirkan ini sebagai kelalaian.  Dia tahu bahwa hukuman Allah untuk perzinahan dan pembunuhan adalah hukuman mati.  Dia bersalah seperti dituduhkan.  Apa yang dapat dilakukannya sekarang adalah mengakui dosanya dan menunggu hukuman Tuhan.

Tetapi, hukumannya adalah hidup, bukan mati.  “Kata Natan kepada Daud, "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati” (2 Sam. 12:13).  Kok bisanya Allah mengabaikan dosa Daud?  Kenapa Dia dapat mengatakan hukumannya adalah hidup padahal menurut hukum mestinya hukuman mati?  Seperti Daud, semua kita telah berdosa.  Semua kita telah mengabaikan hukum Allah dan gagal untuk menurut standar kebenaran yang telah dibuatnya.  Tentu saja, semua kita mesti mendapat hukuman mati yang kekal.  Tetapi Allah dapat menyatakan kita benar bila kita mau menerima kematian Putra TunggalNYA, Yesus Domba Allah yang mengambil dosa seisi dunia.   Dosa kita sekarang menjadi bagian dari RiwayatNYA.  Karena itulah kenapa dalam Mazmur 32 dan 52, Daud menyatakan kesukaan dan rasa syukur yang dirasakannya pada waktu dia merasakan berkat pengampunan yang tidak layak diterimanya.


Dapatkah anda menggunakan berkat yang seperti itu?  Ini adalah janji dari Allah dengan jaminan seumur hidup dan tanpa syarat.  Kadangkala kita merasa jauh dari Allah, kita bisa merasa bahwa situasi kita tanpa harapan.  Kita berhenti untuk mempercayai belas kasihan Allah.  Pada waktu Allah berjanji kepada Abraham yang rasanya terlampau muluk untuk dipercaya, Abraham percaya kepada Allah, dan Allah memperhitungkan iman ini sebagai kebenaran.  Begitulah cara kerja PEMBENARAN.  Sebagai orang berdosa yang mengharapkan penghakiman illahi, percaya apa yang telah dijanjikan Allah dan dengarkan putusan hukumannya: Putusan untuk Hidup.

Sementara anda mempelajari pelajaran minggu ini, dengarkan suara Allah yang menyatakan anda dibenarkan dalam DIA.

 

Judith Purkiss, London, United Kingdom


Minggu

25 JULI

 

Logos

Pembenaran dan Hukum

Kejn. 15:6;

2 Samuel 11; 12; Rom. 3:20–23, 31; 4:1–17; Gal. 3:19; 1 Yohn 3:4

 

 

Pada zaman Alkitab, jelas bahwa seorang warganegara yang kaya dan penting tidak akan mendapatkan perlakuan yang sama dipengadilan dibandingkan dengan orang biasa.  Hal ini kadang ditulis dalam buku undang-undang.  Misalnya, pada Hukum Hammurabi dinyatakan jika seseorang memukul rontok gigi seseorang yang sederajat, maka giginya juga mesti dipukul rontok untuk balasannya.   Tetapi jiga seseorang memukul rontok gigi orang yang bebas, dia mesti membayar denda.  Tetapi jika orang itu adalah hamba, cukup membayar denda kecil saja.1  Tidak ada yang mengharapkan keadilan yang tegas dalam pengadilan manusia, tetapi penulis Alkitab merasa pasti bahwa Allah adalah Allah yang adil.  Sepanjang Alkitab, keadilan merupakah hal yang fundamental yang penting.2

 

Permasalahan (Roma 3:24)

Permasalahan dari semua agama adalah “Bagaimana orang yang berdosa dapat benar (dibenarkan) dihadapan Allah yang suci?”  Menurut Easton’s Bible Dictionary, pembenaran (justification) adalah “terminologi forensik, yang berlawanan dengan kutukan, melaluinya Dia mengampuni semua dosa-dosa orang yang percaya kepada Kristus, dan menghitung, menerima, dan memperlakukan mereka sebagai benar dihadapan hukum, (yaitu) bisa sesuai dengan semua tuntutan.  Sebagai tambahan kepada pengampunan dosa, pembenaran memproklamirkan bahwa semua tuntutan hukum dipenuhi dalam kerangan pembenaran.  Ini adalah tindakan seorang hakim dan bukan oleh yang mahakuasa.  Hukum bukannya jadi lemah atau disingkirkan, tetapi dinyatakan dipenuhi dalam bentuk yang paling ketat; sehingga orang yang dibenarkan berhak mendapatkan semua manfaat dan penghargaan yang timbul dari ketaatan penuh kepada hukum (Roma 5:1-10)”3

 

Solusi Setia (Roma 3:24-28; 4:2-4)

Tiga pasal pertama dari buku Roma mengatakan bahwa semua orang bersalah dihadapan Allah.  Tidak seorangpun dapat mengandalkan kemampuannya untuk patuh kepada hukum akan dinyatakan benar dipengadilan Tuhan.  Hukum, sebagai pernyataan moral pembenaran, tidak menawarkan pengharapan; bersaksi bagi kita; “supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah”(Roma 3:19).

Tetapi analisis keadaan kemanusiaan kita berakhir pada suatu catatan pengharapan.  Allah telah menemukan jalan untuk mencapai misi membuat kita benar dihadapan Allah, suatu pembenaran yang terpisah dari hukum (Roma 3:21, 22, 28).

Karena itu Paulus memaksa bahwa orang dibenarkan bukan karena apa yang mereka lakukan.  Dia menunjukan teladan Abraham, nenek moyang orang Yahudi, sebagai seseorang yang tidak dibenarkan karena usahanya.  Dan tentu saja, apabila Abraham tidak dibenarkan karena usahanya, kemudian siapa yang mungkin?  Secara eksplisit Paulus mengatakan, “tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus”; dan juga betul, “tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat” (Gal. 2:16; lihat juga 3:11).

 

Solusi Allah dan Kondisi Janji (Roma 4:1-17)

“Iman adalah kondisi yang Allah lihat tepat untuk menjanjikan pengampunan kepada orang berdsoa, bukan karena ada hal yang baik dalam iman sehingga layak menadapatkan keselamatan, tetapi karena iman dapat melayakan Kristus, obat yang disediakan bagi dosa.  Iman dapat menyatakan kepatuhan Kristus yang sempurna ganti pelanggaran dan kecacatan pendosa.  Apabila orang berdosa percaya bahwa Kristus adalah juruselamat pribadinya, maka, menurut janjiNYA yang tak pernah gagal, Allah mengampuni dosa manusia dan membenarkan mereka sebagai orang bebas.”4

 

Hukum dalam Tempat Yang Benar (roma 3:31)

Paulus dengan cepat mengingatkan kita bahwa karena kita dibenarkan oleh iman, kita tidak boleh berpikir mengabaikan Sepuluh Hukum (hukum).  Faktanya, karena kita sekarang benar dihadapan Allah (dibenarkan) sehingga kita lebih dari rela untuk mempersembahkan hidup kita menurut persyaratanNYA, yang sekarang dituliskan di hati kita daripada di loh batu.  Bacalah Yehezkiel 36:24-27

“Pembenaran adalah patuh kepada hukum.  Hukum menuntut pembenaran, dan orang berdosa ini berhutang kepada hukum; tetapi dia tidak mampu untuk menggambarkannya.  Satu-satunya cara dia dapat memberikan pembenaran adalah melalui iman.  Dengan iman dia bisa dibawa kepada Allah karena kelayakan Kristus, dan Tuhan menempatkan ketaatan PutraNYA menjadi milik orang itu.” 5

 

Suatu Permasalahan yang Tampak? (Yakobus 2)

Apakah ada masalah, antara Paulus dan Yakobus, dimana, Paulus cukup tegas dengan pembenaran oleh iman dan bukan usaha, tetapi Yakobus menekankan bahwa ‘sesorang itu dibenarkan oleh kerjanya dan bukan hanya iman saja” (yakobus 2:24)?  Baik Paulus dan Yakobus berkomentar atas tindakan Abraham, tetapi Yakobus memilih Abraham dan Rahab sebagai teladan orang yang dibenarkan oleh usaha (Yakobus 2:21, 25).

“Paulus dan Yakobus setuju akan pembenaran oleh iman.  Sementara Paulus menekankan kesalahan mendapatkan pembenaran melalui usaha, Yakobus membicarakan hal yang sama berbahayanya yang mengklaim pembenaran tanpa diwujudkan dalam kegiatan.  Baik usaha maupun iman yang mati tidak mengarah ke pembenaran.  Dapat disadari bahwa hanya melalui iman yang benar yang bekerja melalui kasih (Gal. 5:6) dan memurnikan jiwa.”6

____________

1. L. W. King, trans., The Code of Hammurabi, http://avalon.law.yale.edu/ancient/hamframe.asp (ac­cessed August 31, 2009).

2. Walter A. Elwell, ed., Baker’s Evangelical Dictionary of Biblical Theology (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1996).

3. M. Easton, Easton’s Bible Dictionary (Oak Harbor, Wash.: Logos Research Systems, Inc., 1897).

4. Selected Messages, book 1, pp. 366, 367.

5. Ibid., p. 367.

6. Seventh-day Adventists Believe . . . , 2nd ed. (Ministerial Association, General Conference of Seventh-day Adventists, 2005), p. 137.

 

Steve A. Thomas, St. Albans, Hertfordshire, United Kingdom


Senin

26 JULI

Kesaksian

Seolah-olah . . .  

Rom. 3:20

 

 “Jika manusia dapat menyelamatkan dirinya dengan usahanya sendiri, dia mungkin mempunyai sesuatu dalam dirinya yang dapat dibanggakan . . . . . . . .    Apa yang dapat dilakukan orang itu tanpa Kristus akan dicemari oleh cinta diri dan dosa; tetapi apa yang dibawa melalui iman akan diterima oleh Allah.”1

“Tanpa hukum, manusia tidak mempunyai konsepsi yang adil tentang kemurnian dan kesucian Allah atau dengan kesalahannya sendiri dan ketidak sucian.  Mereka tidak mempunyai keyakinan yang benar akan dosa dan merasa tidak memerlukan pertobatan . . . . . . . Jika pengharapan keselamatan diterima tanpa perubahan radikal hati atau reformasi kehidupan, maka pertobatan semu mengikatnya, dan orang ramai yang bergabung ke gereja tidak akan pernah bergabung kepada Kristus.2  Sebagai akibatnya, “Banyak yang akan mencoba memecahkan cermin yang menunjukkan kecacatan mereka, menganulir hukum yang menunjukkan kekotoran hidup dan karakter mereka.”3

 

Hukum dan injil berada pada harmonisasi yang sempurna

 

Jika tidak berpegang sepenuhnya kepada hukum (yang menjadi karakter Allah), kita menganulir hukum.  Menganulir berarti mencampakan kuasa legal hukum.  Tetapi bukan hanya berhenti di situ.  Jika kita menganulir dan membatalkan hukum, kita menolak semua yang ditawarkan keselamatan:  Kasih Allah, Kasih karuniaNYA, Pembenaran, dan kebenaran Kristus.

“Setan secara terus menerus bekerja untuk melemahkan perasaan manusia akan buruknya dosa.  Dan mereka yang menginjak-injak hukum Allah dibawah kaki mereka sama seperti melakukan pekerjaan si pembohong besar; karena mereka menolak satu-satunya aturan yang dapat mendefinisikan dosa, dan membawanya pulang kepada hati nurani si pelanggar.”4

“Hukum dan injil berada pada harmonisasi yang sempurna.  Masing-masing saling menopang.  Secara menyeluruh hukum mengkonfrontasi hati nurani, menyebabkan orang berdosa merasakan kebutuhannya akan Kristus sebagai pengahapus dosa.”5

“Kristus diperlakukan seperti kita layaknya, agar kita dapat diperlakukan sebagaimana Dia layaknya.  Dia dikutuk karena dosa-dosa kita, yang bukan milikNya, agar kita dapat dibenarkan oleh KebenaranNYA, yang tidak layak kita miliki.  Dia menderita kematian yang semestinya milik kita, agar kita dapat menerima hidup yang menjadi milikNYA.”6  Melalui iman kepadaNYA, kita dibenarkan . . . . .Benar seolah-olah kita belum pernah berdosa.

 

REAKSI

Kenapa pembenaran oleh iman mensyaratkan kita untuk sepenuhnya mengikuti hukum?

1. Selected Messages, book 1, p. 364.

2. The Great Controversy, p. 468.

3. Selected Messages, book 1, p. 219.

4. Ibid.

5. Ibid., pp. 240, 241.

6. The Desire of Ages, p. 25.

 

Clarissa Lewis, Manchester, England, and Indirah Job, Rotterdam, The Netherlands


Selasa

27 JULI

Kesaksian

Iman dan Ketaatan — Berjalan Bersama

Roma 3:21-31

 

Dalam KeKristenan tampaknya terdapat suatu tarik menarik antara keselamatan melalui iman dan keselamatan melalui hukum.  Banyak yang berargumentasi bahwa hukum telah dipakukan ke kayu salib dan kita diselamatkan hanya oleh iman saja.  Hal ini terlihat pada fakta banyak orang Kristen tidak lagi berbakti pada Sabat hari ketujuh (Sabtu) tetapi hari Minggu.  Tetapi orang lain sedemikian terpakunya pada memelihara hukum sehingga mereka kehilangan kebutuhan akan kasih karunia Allah.

 

kita perlu menghidupkan iman kita dengan menunjukan kasih kita kepada Bapa melalui tindakan

 

Alkitab adalah sumber rujukan utama kita untuk bukti akan hal ini , dan dalam Roma 3:21-31, dinyatakan bahwa kita dibenarkan melalui iman dalam Kristus.  Juga dinyatakan bahwa walaupun kita diselamatkan melalui iman, hukum masih berlaku.

Bukti lebih lanjut bahwa hukum dan iman berjalan beriringan ditemukan dalam Yohanes 3:16.  Ambil waktu untuk membacanya sekarang.  Ayat ini telah disebut oleh banyak orang sebagai tiket ke sorga, karena menyatakan satu hal yang mesti dilakukan agar diselamatkan.  Agar dapat mengerti akan ayat ini secara utuh, marilah kita lihat pada bahasa aslinya.  Dalam bahasa Gerika, kata kerja mempunyai sifat “present continous tense—“selalu melakukan”.  Jadi kata percaya disini berarti “tetap terus menerus percaya.”  Kita bisa lihat teladan lainnya dalam Yohanes 20:31.

Dalam Injil, kita baca tentang banyak mujizat yang dilakukan Yesus.  Yohanes merujuk mujizat-mujizat ini sebagai tanda-tanda (Yohanes 2:11).  Hal ini menyarankan bahwa mujizat mempunyai arti yang lebih besar, karena tanda-tanda menunjuk kepada sesuatu yang jauh dari dirinya sendiri.  Salah satu tanda-tanda ini ditemukan dalam Yohanes 2,  waktu Yesus merubah air jadi anggur.  Pada mulanya, kita hanya melihat sebuah mujizat.  Tetapi lebih dari itu.  Yesus meminta para pelayan mengambil air (yang telah berobah jadi anggur) dari tempayan.  Dengan tanda ini Yesus menunjukan bahwa Dia datang untuk membersihkan kita dari dosa, agar kita diselamatkan dari hukuman dosa (yaitu kematian), dan bahwa hukum telah dihapuskan.  Sepanjang Alkitab, hukum ditegakkan untuk menghasilkan kebutuhan akan kasih karunia; tetapi sekarang, dalam hidup kita, melalui iman, kita menegakkan hukum melalui patuh padanya.   “Jika kamu mengasihi aku, turutlah hukum-hukumKU” (Yohanes 14:15).  Dalam seluruh Alkitab, kasih dihidupkan dalam tindakan.  Ya, kita diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman.  Tetapi, kita perlu menghidupkan iman kita dengan menunjukan kasih kita kepada Bapa melalui tindakan kita.

 

REAKSI

1.       Bagaimana menemukan keseimbangan yang tepat antara hukum dan kasih karunia?

2.       Apa artinya bahwa Yesus menepati hukum?

 

Ross James Maidment, Senghenydd, Wales, United Kingdom

Rabu

28 July

 

Yohn 15:16

Bagaimana

Lulus Ujian Bersama Allah

 

Test kinerja.  Evaluasi, Ujian.  Nilai-nilai kita tampaknya ditentukan oleh seberapa banyak yang kita buat, yang kita capai, kita lewati, dan tampilkan.  Apakah ini berbeda dengan Allah?  Apakah benar Allah mengharapkan umatNYA untuk menyampaikan “hasil” ?  Faktanya, Dia telah memerintahkan kita untuk pergi dan menjadikan murid semua bangsa.  Apakah ini membuat kita berharga bagi Allah?

 

jika sahabatmu tidak tertarik kepada Alah, apakah anda mencampakan mereka dan melanjutkan dengan yang lain?

 

Bagaimana rasanya menghadapi tes kinerja dengan Allah?  Mungkin kita akan menemukan hanya ada satu pertanyaan yang perlu dijawab: apakah anda percaya bahwa Allah telah memilihmu, dan bukan anda yang telah memilih Allah? (lihat Yoh. 15:16).  Suatu jawaban “Ya” mengubah segalanya.  Merubah perspektifmu dari seseorang yang mesti mencari kasih Allah ke seseorang yang DIA kasihi—titik.  Memutar posisi anda dimana  anda harus melakukan sesuatu untuk membuat hubunganmu benar dengan Allah ke posisi sebaliknya dimana Allah-lah yang akan melalukan sesuatu untuk mengembalikan hubunganmu denganNYA.  Akhirnya, anda mengakui bahwa bukan kinerjamu yang memberikan pengaruh, tetapi lebih kepada kinerja Allah.

Jadi bagaimana anda dapat mengidupkan suatu hidup yang memantulkan perspektif ini?  Mungkin berguna untuk menanyakan pertanyaan ini:

Seberapa banyak teman non-Krsitiani yang anda punyai?  Yesus dikelilingi oleh orang-orang yang dianggap tidak beragama.  Dapatkah kita mengatakan hal yang sama akan jaringan sosialmu?

Apakah anda bersahabat dengan orang-orang untuk menobatkan mereka?  Penginjilan persahabatan menjadi makin populer, tetapi jika sahabatmu tidak tertarik kepada Alah, apakah anda mencampakan mereka dan melanjutkan dengan yang lain?  Yesus menjalin persahabatan dengan Yudas walaupun tahu dia akan mengkhianatiNYA.  Apakah anda menjadikan teladan yang sama dalam bersahabat?

Apakah anda menghakimi orang lain dan hubungannya dengan Allah berdasarkan harapanmu sendiri?  Gereja yang mula-mula berargumentasi tentang apa yang mesti dilakukan orang lain agar dapat menjadi pengikut Yesus yang tulen.  Umumnya jawabannya didasarkan pada harapan masing-masing anggota ketimbang kasih dan belas kasihan Allah.  Apakah kita cepat menghakimi orang lain berdasarkan standar kita daripada standar Allah.?

 

REAKSI

Kasih dan belas kasihan Allah dapat terlihat tidak adil dalam suatu dunia yang mengharapkan kita melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu.  Bagaimana anda dapat menunjukan kasih dan belas kasihan yang sama kepada orang lain?

 

Murray Harvey, London, United Kingdom


Kamis

29 Juli

2 Kor. 3:18

Yakobus 1:23–25;  

Pendapat

Secara Positif Sia-sia

 

Bukanlah suatu kebetulan bahwa Alkitab menyamakan hukum Allah dengan cermin.   Suatu cermin tidak dapat merubah penampilan kita.  Cermin tidak memberikan pendapat, dan tidak menghakimi.  Fungsinya hanya untuk memperlihatkan sesuatu sebagaimana adanya.  Karenanya tidaklah mengejutkan bahwa apabila kita merindukan untuk terlihat dalam kondisi terbaik, tempat pertama yang kita datangi adalah cermin.  Memandang ke cermin, kita menimbang penampilan kita, yang memantulkan karakter kita, dan bertanya-tanya bagaimana orang lain akan menerima kita.  Dengan memandang ke cermin, kita menyadari bahwa agar dapat menjadi terbaik, beberapa perubahan mesti dibuat.  Disinilah kesulitan dimulai.  Kita menutup cacat kita, menyembunyikan ketidak sempurnaan, dan kuatir tentang apa yang dipikirkan orang jika mereka melihat bagaimana penampakan kita sebenarnya.

 

Cermin hukum Allah bukan hanya menunjukan siapa kita sebenarnya. Tetapi menunjukan  . . . . . . . .  akan menjadi apa kita

 

Kadangkala hal itu persis seperti yang terjadi pada cermin Allah.  Seringkali kita secara jujur menginginkan menjadi seperti apa yang DIA inginkan.  Tetapi dengan memandang ke cermin hukumNYA, kita kadangkala dikecutkan oleh fakta bahwa kita tidak memenuhi standarNYA.  Kita mencoba membuat diri kita sendiri bersih, tetapi dengan usaha sendiri kita tidak bisa membuang kotoran yang diakibatkan oleh dosa.  Kita mencoba untuk menutupi dan menambal kekurangan kita, tetapi hujan kesulitan hidup selalu membasuh topeng kita.   Memandang ke cermin, kita menyadari siapa sebenarnya kita—orang berdosa yang amat membutuhkan seorang juruselamat.

Tetapi kemudian terdapat keindahan injil.  Kristus rela melakukan bagi kita apa yang tidak kita mampu lakukan sendiri.  Dia mempunyai kuasa untuk membenarkan kita (membuat kita benar dimata Allah), mengubah kita dari dalam sehingga menjadi suatu ciptaan baru yang benar-benar bernilai. Cermin hukum Allah bukan hanya menunjukan siapa kita sebenarnya. Tetapi menunjukkan pada kita (melalui kasih karunia dan kuasa Kristus) akan menjadi apa kita.  Hukum Allah menunjukkan kepada kita bahwa Dia amat pengampun, berbelas kasihan, kasih karunia, panjang sabar, dan penuh dengan kebaikan dan kebenaran.  Hukumnya menunjukan kepada kita bahwa melalui iman, kita juga akan bisa menjadi seperti dia (Kel. 34:6,7).  Hukum Allah bukan hanya mengungkapkan karakter kita tetapi, paling penting, mengungkapkan karakterNYA; karena hanya melalui karakterNYA, suatu karakter yang menanggung salib, dapatkah kita dibuat menjadi benar kembali.  Sementara Alkitab menasehatkan untuk melawan kesia-siaan, ironisnya adalah mungkin sebagai orang Kristen kita perlu memandang cermin.  Cermin milik Allah sendiri, dan bukan cermin milik kita.

 

REAKSI

1.      Apakah artinya pembenaran dan hukum artinya bagimu?

2.      Bagaimana anda menerapkan hukum Allah kepada hidupmu tanpa menjadi legalis?

 

Julian Paul Wesley Thompson, Reading, England


Jum’at

30 Juli

Dalami

Bagaimana menjadi Benar Bersama Allah

Rom. 3:21–31; 4:1–17

 

SIMPULAN

Kebenaran manusia adalah tentang Allah yang bekerja didalam kita.  Ini bukanlah apa yang kita lakukan agar menjadi benar dihadapanNYA.  Pencipta kita adalah Penebus kita yang menanggung pada diriNYA sendiri tindakan rekonsiliasi dan menciptakan kembali  manusia yang sudah berdosa ke dalam rupaNYA dan memantulkan sifatNYA.  Kemudian Ia meletakkan hukumNya dihadapan kita untuk menyatakan Allah yang suci dan memantulkankan rupa kita sendiri yang penuh dosa —menunjukan kepada kita bagaimana pedihnya jauh dari rupa dan pengharapanNYA, dan kita layak menerima penghakimanNYA.  Hukum juga merupakan kompas moral yang menunjuk kepada kita perpotongan kasih karunia Allah melalui korban pengorbanan Kristus—hidupNYA bagi kita.  Yaitu bagaimana kita menjadi benar dengan Allah—melalui pekerjaanNYA bagi kita dan dalam kita—jika kita meletakan iman dalam Dia, dan bukan diri kita sendiri. 

 

 

PERTIMBANGKAN

·   Lakukan suatu studi kata pada kata berikut: justifikasi, kebenaran, pelanggaran, pengampunan, penebusan, iman, dan pengharapan.  Gunakan beberapa sumber, seperti kamus umum, kamus alkitab, dan leksikon gerika.  Catat temuan anda dan tetap pegang untuk langkah berikut.

·   Bacalah buku Roma 3 dan 4.  Tuliskan semua hal-hal yang dapat kita lakukan untuk menjadi benar bersama Allah.  Berapa yang anda temukan?  Apa itu? Karakteristik apa yang diuraikan Allah untuk kita punyai?  Bagaimana posisis kita dengan Allah?  Atribut dan tindakan apa yang dipertimbangkan Allah sebagai kebenaran dalam kita?

·   Refleksikan hubunganmu dengan Kristus.  Apa yang menarikmu kepadaNYA?  Bagaimana anda mengenal Dia?  Seberapa dekat dan pribadi anda bersama Dia?  Apakah hubunganmu dengan Allah sesuatu yang pribadi, atau berhubungan secara eksklusif kepada aktifitas keagamaanmu: menghadiri gereja, mengikuti aturan dan gaya hidup teman-teman GMAHK mu—menjadi tradisi dan budaya seorang anggota GMAHK, tetapi tanpa suatu komitment pribadi dan harian mendengarkan dan merespon kepada Allah?

·   Buatlah suatu jurnal pengalaman pribadimu menjadi kenal dengan Kristus, jatuh ke dalam hubungan denganNYA dan bagaimana hubungan itu mempengaruhimu dan dinyatakan dalam hidupmu saat ini.

·   Buatlah Grafik seni yang menggambarkan salah satu kat dari studi kata (seperti pengharapan, iman, pengampunan) dan meletakan kata itu bersama dengan ayat-ayat dari Roma 3 dan 4 yang membantumu.

 

HUBUNGKAN

Steps to Christ, “The Sinner’s Need of Christ,” pp. 17–22.

 

Jean Kellner, Columbia, Maryland, U.S.A.

 


Renungan :

 

DILATIH DI DALAM KESALEHAN

 

Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. 1 Timotius 4:7

 

 

Para atlit yang berlari dalam maraton dua puluh enam mil biasanya telah berlatih selama bertahun-tahun. Begitu pula mereka yang berlari dalam lari jarak dekat enam puluh meter. Dalam konfrontasi-konfrontasi yang lebih penting - seperti melawan godaan - apakah kita boleh tidak sesiap itu, melarikan diri?

 

Saat mendorong Timotius untuk melatih dirinya beribadah di dalam 1 Timotius 4:7, paulus meminjam istilah dari dunia atletik. Katya kerja yang diterjemahkan secara beragam di dalam versi-versi Alkitab yang berbeda-beda sebagai "latihan,' "disiplin," atau "melatih" sebenarnya menunjuk pada pelatihan atlit-atlit muda..

 

Paulus berakata, "Latihlah dirimu agar menjadi saleh." anda dan saya bertanggung jawab untuk melatih diri kita. Kita bergantung kepada Allah agar dimampukan secara ilahi, tetapi kita tetap bertanggung jawab; dalam proses ini kita tidak boleh bersikap pasif. Tujuan kita di dalam proses ini adalah kesalehan -bukannya kecakapan dalam melayani-- melainkan dovosi yang terpusat pada Allah dan karakter yang menyerupai Allah.

 

Melatih kesalehan menuntut komitmen, pelayanan pengajaran Roh Kudus melalui Firman-Nya, dan latihan dipihak kita. Apakah kita siap untuk menerima tanggung jawab kita dan membuat komitmen? Saat kita merenungkan pertanyaan ini, marilah kita ingat bahwa "ibadah itu berguna dalam segala hal, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang" dan "ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar" (1 Timotius 4:8; 6:6)

 

 

 

-------oo000O000oo-------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar