Minggu, 25 April 2010

Remaja dan Gejolak Seksual

                  

“REMAJA DAN GEJOLAK SEKSUAL ”

 

Oleh: Supriyono Sarjono RSA Bandung

 

I Korintus 6:18, Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.

 

Allah memanggil Remaja pria dan wanita untuk menjaga kesucian kehidupan ini. Namun kita perlu sadari bahwa   godaan & dorongan sexual remaja begitu besar.  Untuk itu kita akan melihat apakah beberapa alasan yang mendorong remaja cenderung menghadapi krisis seksual,  lalu apa yang orang tua bisa lakukan untuk menolong anak remajanya?

 

I. ALASAN MENGAPA  REMAJA CENDERUNG MENGHADAPI KRISIS SEKSUAL.

 

1.   Masyarakat menerima pandangan itu.

Sekarang dunia kita dijuluki Global Vilage  yaitu pemukiman global yang dihuni oleh semua penduduk dunia. Hal ini dikarenakan adanya jaringan komunikasi dan transportasi yang canggih membuat jarak antar benua  menjadi sangat dekat. Dan akibatnya dunia memiliki budaya yang universal. Banyak hal positif dari budaya universal ini, tetapi banyak juga hal negatif, salah satunya adalah mendorong terjadinya perilaku hubungan sexual sebelum menikah di kalangan remaja.  Perilaku  ini dikuatkan oleh apa yang mereka lihat dan dengar setiap saat melalui  berbagai media: apakah film layar lebar, TV, Internet, HP, kepingan VCD/DVD porno, majalah, lagu-lagu romantis dll. Kita harus akui  bahwa  secara global tatanan masyarakat telah  berubah, baik di negara maju, berkembang, apakah di kampung ataupun di kota, masyarakat kita telah  menjadi masyarakat yang memiliki tatanan yang lebih kendor.  Akibat dari semakin kendornya tatanan masyarakat, menuntun kita lebih toleran dalam hal-hal penyimpangan atau pelanggaran.

Cobalah kita melihat sanksi sosial baik yang diterapkan oleh masyarakat maupun oleh jemaat/gereja di mana kita berbakti. Dalam prakteknya kini sudah mengendor atau  berkurang banyak sekali. Di era tahun 60an,70an dan 80an, kalau ada orang yang menikah kedapatan telah hamil duluan gereja gempar, kampung gempar. Tetapi lihatlah pada zaman sekarang ini karena sudah terlalu banyak orang melakukan pelanggaran, kita orang tua cenderung berkata ya kita maklumi sajalah, kita terima sajalah.  Remaja yang melihat fakta tentang banyaknya dan begitu biasa orang melakukan pelanggaran. Hal ini seolah-olah telah memberikan legalitas atau ijin bagi remaja untuk melakukan hal yang sama, yaitu hubungan sexual sebelum menikah.

 

2.   Anak sangat membutuhkan kasih sayang dari orang tua.

Keterlibatan Remaja dalam Hubuang sex sebelum menikah sebagian ada yang disebabkan karena mereka melarikan diri dari perasaan Remaja yang lapar cinta dan kasih sayang yang seharusnya mereka dapatkan di rumahnya. Namun karena alasan sibuk dan berbagai problem dalm diri orangtua, serta terjadinya gap antara remaja dengan orangtua terkesan dihati anak orangtua kurang kasih sayang

 

3.   Tidak adanya Aturan di rumah dan kurangnya disiplin.

Remaja putri yang menjadi hamil didapati sebagian mereka melakukan perbuatan sexual pranikah di rumah antara pukul 15.00-16.00. hal ini menunjukkan betapa longgarnya aturan dan kurangnya pengawasan serta disiplin yang diterapkan oleh sebagian orang tua.

 

4.   Perubahan Hormonal. 

Mulai bekerjanya hormon-horman estrogen dan progesteron pada cewek dan hormon testoteron pada cowok yang menuntun mereka, berfikir dan berkeinginan, dan akhirnya mencoba berdekatan dengan lawan jenis. Bila tidak ada bimbingan yang tepat dari orang tua dan Gereja akan sangat berbahaya bagi remaja.

 

5.   Kurangnya sexual education. 

Program-program sexual edukation, termasuk bagaimana hal itu dilakukan dan kapan sepantasnya itu dilakukan serta kapan tidak dilakukan. Ternyata sexual education yang sesuai untuk tuntunan prilaku remaja tidak betul-betul diberikan. Orang tua kebanyakan merasa malu, segan untuk mendiskusikan hal ini dengan anaknya, selanjutnya remaja mencari sumber-sumber informasi tentang sexual education dari berbagai media, yang memang telah siap memberikan informasi kepada remaja, yang mana banyak dari informasi yang diberikan menyimpang dari rencana Allah.

 

6.   Merasa diri kokoh (kebal).

Remaja sering berfikir bahwa mereka itu kuat dan tahu resiko dari semua penjelajahan mereka dalam pemakaian rokok, narkoba, kekerasan, dan seks. Mereka sering berkeyakinan mereka dapat mengendalikan seluruh resiko dan berfikir dapat mengatasi dengan baik.  Bagaimanapun mereka seperti kapten kapal Titanic, mereka sering  gagal melihat gunung es yang membahayakan yaitu: bahaya adiksi (ketagihan) penyakit kelamin, kehamilan remaja, penjara, bahkan kematian. Mereka memiliki banyak hal yang positif namun satu kesalahan saja dalam bertindak akan mematikan. ( Michael H. Popkin) sebagai akibat  di Indonesia 2,5 juta perempuan melakulkan aborsi (koran Pikiran Rakyat) dan tahun 1990 di Amerika sebanyak 1,16 juta bayi lahir dari ibu yang belum menikah, kebanyakan dari mereka remaja(  Rodrigueuez Jr.)

 

7.   Merasa Rapuh/Rendah diri 

Remaja mengejar kesenangan sesaat,  remaja seperti ini mau lakukan apapun termasuk mengorbankan kehormatan dirinya. Hal yang mendasar kenapa mereka lakukan hubungan sex sebelum menikah, karena ada ketakutan dalam dirinya, bahwa  ia tidak akan memiliki pengalaman menyenangkan dalam hidup mendatang.

 

8.   Tekanan Teman Sebaya.

Teman sebaya memiliki peran yang besar baik ke arah yang membangun ataupun yang merusak/negatif. Penyelidikan yang dilakukan di tiga rumah sakit di Jakarta  tentang faktor yang dominan yang menyebabkan  pasien  kambuh/memakai kembali narkoba disebutkan: Faktor teman (teman kelompok/ peer group) paling besar pengaruhnya bagi kekambuhan yaitu 81,3%.”(Dadang Hawari).  Hal Ini memberi gambaran kepada orang tua bahwa pengaruh narkoba, seks dan berbagai kenakalan remaja yang terjadi banyak melibatkan teman di sekitar anak remaja kita. 

Untuk itu mari kita melihat 11 cara bagaimana orang tua dapat menolong/ mencegah remaja agar mereka tidak terjatuh dalam hubungan sexuil.

 

II. MENCEGAH REMAJA AGAR TIDAK TERLIBAT HUBUNGAN SEXUAL SEBELUM MENIKAH.

 

1.      Diskusikan tentang Seks dan System reproduksi sebelum anak menginjak usia puber.

Pendidikan seks seharusnya bukanlah pendidikan formal, namun seks orang tua perlu ajarkan kepada anak secara berkesinambungan sesuai dengan tingkat umur anak. Dan orang tua perlu ketahui, bahwa seks bukan hanya berkaitan dengan masalah moral, sekalipun masalah moral ini sangat penting dan kita harus tanamkan kepada anak. Namun orang tua perlu diskusi/bicara dengan anak tentang aspek fisiknya juga yaitu aspek seksual dari seks itu sendiri. Tujuan dari mediskusikan dengan anak adalah agar anak mengerti secara rasional, tentang apa itu seks dan kapan boleh dilakukan dan dinikmati, dan siapa yang boleh menikmatinya,

 

2.      Tanyakan pertanyaan-pertanyaan sensitif sehubungan dengan ketidakhati-hatian aktivitas sexual. 

Cobalah pada saat anda dan anak remaja anda sedang menonton sinetron di salah satu stasiun TV, mendadak ada adegan wanita berpakaian tak senonoh, atau sepasang remaja sedang berjalan-jalan tengah malam, atau berada di rumah berduaan tanpa diketahui orang tua. Coba tanyakan kepada remaja kita bahaya-bahaya apa sajakah  yang bisa  mereka hadapi?  Bila anak kita belum tahu jawabannya orang tua bisa menjelaskan dan hal-hal seperti ini sangat menolong remaja untuk lebih berhati-hati dalam dalam bersikap.

 

3.      Ijinkan Remaja anda mengetahui Nilai-nilai hakiki kehidupan anda dan alasan anda memegang hal itu. (Fisher)

Beberapa tahun sebelum tiba saat Remaja kita berkecan  atau berpacaran. Orang tua perlu dan seharusnya sudah memulai membicarakan kepada anak tentang calon pacarnya, informasi tentang pentingnya  pacar yang mengasihi Tuhan Yesus,  tentang suami atau istri yang baik, tentang tatakrama bagaimana berhubungan atau memperlakukan kawan wanita atau pria. Mungkin saat kita berbicara anak belum mengerti sepenuhnya, namun nilai-nilai atau prinsip-prinsip atau kriteria itu mereka simpan dan melekat pada dirinya. Bila tiba-tiba saat berpacaran nilai-nilai yang ditanamkan orang tua akan dijadikan panduan yang ia akan gunakan.

Bila pesan-pesan moral ini ditanamkan kepada anak sejak dini dan secara positif serta bukan berbentuk larangan-larangan, remaja akan lebih bisa menerima.

 

4.      Bantulah  anak mengerti pandangan  bahwa prilaku sexual merupakan pernyataan kasih, dan sumber kegembiraan  di dalam suatu hubungan yang erat.  (Brody)

Allah memanggil remaja pria dan wanita untuk menjaga kesucian kehidupan ini. Namun kita perlu sadari bahwa godaan & dorongan sexual remaja begitu besar, lalu apa yang orang tua bisa lakukan untuk menolong anak remajanya?

Mengapa begitu penting mengajarkan seks secara utuh kepada remaja? Sebab seks bukanlah urusan fisik/badani atau soal saling mencintai saja, tetapi menyangkut emosi, dan yang sangat penting adalah hubunganya dengan kerohanian, karena seks adalah  perbuatan fisik dan emosi yang diatur oleh Tuhan secara langsung, dan dibingkai dalam kaidah Rohani. Bilamana dilaksanakan tidak sesuai dengan rencana Tuhan itu akan menjadi tidak menggembirakan  dan menjadi dosa.

 

5.      Ajar anak seni  utuk  menolak dengan tegas berbagai tekanan.(Brody)

Sejak anak masih kecil seharusnya orang tua  sudah harus mengajar anak untuk belajar  mengatakan 'tidak'. Dan sesuai usia perkembangan mereka kita perlu juga memberitahukan apa yang tidak baik, apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang belum boleh dilakukan dan hal-hal yang harus mereka tunggu setelah menikah. Contoh:   misalnya, ada orang melakukan seperti ini atau memegang bagian-bagian ini pada kamu, atau menawarkan rokok, narkoba, tolong kamu beritahukan segera kepada papa dan mama,  karena itu perbuatan yang tidak baik. Kamu harus lawan misalnya kamu mengatakan, "Tidak, atau tidak mau," dan kadang kadang dengan cara lebih keras kepada orang itu. Jadi dari kecil meskipun mereka belum tahu tentang seks di dalam arti yang sebenarnya, paling tidak mereka sudah mengetahui bahwa hal-hal tertentu yang dilakukan oleh orang dewasa atau orang lain itu membahayakan mereka dan harus mereka tolak.

Beberapa contoh pola menolak permintaan atau mengatakan tidak kepada permintaan orang. (a) Menolak dan langsung pergi dari tempat itu. Hal ini dikarenakan tekanan dari seseorang makin lama makin besar, jadi pergi adalah salah satu jalan yang terbaik. (b) Anak perlu dilatih untuk mengatakan tidak dan terkadang harus lebih keras (bila perlu dibuat seperti drama dimulai sejak masih anak-anak) (c) Ajar remaja menghindarkan diri dari situasi yang membuat dia serba salah, apakah grup teman yang akan berbuat kenakalan dll. Bila anak sudah terlatih mengatakan tidak, maka pada saat mereka remaja dan mulai pacaran tidak akan terlau sulit menolak ajakan yang tidak sesuai dengan standart gereja dan orang tua.

 

6.      Cintai sepenuh hati anak-anak anda.

 Kasih yang tak terbatas dari orang tua akan menolong remaja merasa nyaman. Kasih itu juga yang menolong remaja memiliki gambaran dirinya lebih baik, dan ini akan menolong dia bisa lebih mengendalikan dirinya, dan dia akan lebih merasa memiliki kompetensi yang akan mempersiapkan remaja untuk berpacaran yang sehat dan berumahtangga, serta mempersiapkan meniti  karir untuk masa depan..

 

7.      Ajar dan diskusikan standar Allah tentang sexual.

Alkitab adalah standar Allah dalam berpacaran, dan dalam membina relasi dengan siapapun. Dan Allah melalui hamba-Nya Ny. White menyampaikan nasehat khusus dalam buku  Nasehat kepada Orang muda.  Dengan kasih sayang dan kedekatan yang dibina sejak kecil, akan memudahkan orang tua melakukan Tugas ini.  Terus terang, kode etik semua masyarakat, bahkan yang kurang beradab sekalipun, masih menempatkan hubungan intim pada tempat yang tepat yaitu setelah menikah”  (Dr. John F Knight: jadi  Kamu sudah remaja p 78)

 

8.      Ajar alasan tentang perlunya menunggu.

Sebagai Umat Tuhan, tiap orang tua dipanggil untuk memberikan bimbingan pada anak kita. Bagi  orang tua yang sedang memiliki anak yang sedang menginjak remaja,  orang tua perlu mengingatkan  prinsip ini.  ”semakin lambat semakin baik” artinya jangan  mengawali masa pacaran dengan tindakan fisik yang terlalu berani, terlalu cepat. Sebab kalau pada kali pertama sudah begitu cepat, setan bekerja dan tinggal tunggu waktu, sebelum akhirnya jatuh dosa melakukan hubungan seksual. Jadi dari awalnya jangan mulai terlalu cepat, mulai  sekali-kali  pada situasi yang tepat hanya bergandengan tangan, pertahankan hanya sebatas bergandeng tangan saja dalam kurun waktu yang lama (selama mungkin). Misalkan yang lainnya mulai dengan mengecup pipi, saat ulang tahun pertahankan hanya melakukan aktifitas itu saja selama mungkin hanya mengecup pipi, jadi pertahankan itu, tidak menaikkan kadarnya dan itu akan menolong remaja. Sekali kita langgar, sekali kita kebablasan, kita akan minta yang lebih dari itu pada kemudian harinya; Jadi inilah prinsip yang harus disampaikan orang tua kepada remaja.

 

9.      Tolong mereka agar bertumbuh dalam Kerohanian. (Burkett)

a.       Jadilah rajin dan konsisten dalam mendidik anak melalui contoh dan ajaran.  Orang tua bukan hanya mengajar tetapi menolong remaja untuk menerapkan prinsip-prinsip kebenaran dalam kehidupan nyata sehari-hari.

b.      Dorong remaja anda terlibat dan berpartisipasi aktif  dalam kegiatan kerohanian Jemaat. Untuk itu anjurkan kepada jemaat agar memiliki kegiatan kerohanian yang selalu melibatkan remaja di jemaat anda.

c.       Bagikan pengalaman rohani anda.  Pengetahuan yang mereka peroleh dari rumah, sekolah dan gereja adalah hanyalah bahan baku ( mentah). Orang muda memerlukan pengalaman berjalan bersama Tuhan melalui pengalaman anda orang Tua.

d.      Berdoalah untuk remaja anda tanpa berkeputusan. Mereka dalam pencobaan setiap saat.

 

10.  Tolong mereka untuk menegakkan aturan boleh dan tidak boleh dalam berpacaran.

Orang Tua perlu memberi bimbingan, pengarahan untuk bisa mengontrol anak dan memantau perbuatan anak serta melakukan pencegahan agar Remaja tidak terlibat hubungan intim selama pacaran:

1.   (Pertama), anjurkan kepada remaja yang sedang berpacaran dari awalnya baik wanita maupun si pria harus menentukan batas fisik seberapa dekat mereka akan mendekatkan diri. Dalam pengertian begini, dua-dua harus menyepakati hal apa yang boleh dilakukan dan hal apa yang tidak boleh dilakukan. Misalkan pria dan si wanita harus menyepakati mereka tidak boleh menyentuh bagian-bagian tubuh yang erotis misalnya seperti daerah sekitar payudara ataupun alat-alat kelamin mereka serta daerah-daerah lain yang orang tua perlu tambahkan. Jadi  daerah-daerah itu menjadi daerah yang tertutup, kedua remaja harus saling mengingatkan bahwa daerah-daerah ini adalah daerah yang tidak boleh mereka langgar.

2.   (kedua), mereka juga harus membatasi diri dalam hal misalnya berpelukan, sebab waktu pria dan wanita berpelukan ke depan-depan sudah tentu akan ada sentuhan dengan anggota tubuh yang erotis, nah itu perlu juga dicegah. Jauh lebih baik hanya berpelukan dimoment yang tepat dan berpelukan misalkan dari samping atau tidak mengenai bagian tubuh yang erotis tersebut.

3.   (ketiga), ciuman bisa menjadi sesuatu yang sangat lembut, tapi bisa menjadi sesuatu yang sangat bersifat erotis atau panas sekali. Nah, ciuman-ciuman yang lebih ke arah erotis itu yang harus dihindari.

 

11.  Hadiri program-program konseling/seminar orang muda.

Hadirlah dalam seminar tentang orang muda atau tentang peran orang tua, hal ini akan banyak membantu orangtua untuk lebih banyak masukan yang akan berguna dalam membantu membimbing anak remaja kita.

 

Sepanjang bulan Juni mendatang Ruang Rumah Tangga akan membahas Thema ”Komunikasi Yang Efektif” yang akan di tulis oleh para hamba Tuhan dari Indonesia, Singapura dan Amerika Serikat.

Reference: Burkett www.ingentoconnect.com, Fisher.W.A. www.phoe-aspc.gc.ca/publicat/cgsm- Brody.

www. Blackwell-synergy.com/doi/pdf, Koran PR 9 Maret 2008-05-27, Rodriguez “Perception of pregnant/parenting teens: Reframing Issues an Integrated Approach to Pragnancy problem , Adolescence, 00018449,fall95,vol.30.issue 119. Popkin, Michael H, Parenting Teens: lesson from the titanic, Brown University Knight F.John Jadi kamu sudah Remaja IPH 2004, Dadanh Hawari, NAZA.FKUI,Jakarta 2003.

 

Di koordinir oleh Supriyono Sarjono ( ssarjono63@yahoo.com)

Thema  Pembahasan : MARET “ Building Strong Family”   APRIL “ Peran Orang Tua”  ,MEI “Parenting Teens”,   JUNI “ Komunikasi yang Efektif”,   JULI “Women’s  Issues ”   AGUSTUS “ Kekerasan dlm Keluarga”,   SEPTEMBER “ The Dissolution of Marriage”,    OKTOBER “Konflik dlm Keluarga”    NOVEMBER “ Usia Lanjut (Aging)”    DESEMBER “ The Dying ( menjelang Ajal)”.

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar